Thursday, August 20, 2009

BELAJAR DARI ANAK KECIL


Kemarin pagi aku diminta istriku untuk mendokumentasikan perlombaan dan pertandingan yang akan diadakan disekolah anak laki-laki bungsuku, Rafif. Sebenarnya aku malas melakukannya karena hari itu aku akan pergi ke kantor di Jakarta untuk mengikuti meeting mingguan yang sering kami sebut Majelis Selasa-an. Namun istriku sedikit memaksa, karena kebetulan kamera poket yang kuberikan sedikit bermasalah.

Rafif bersekolah di TK. Islam Ibnu Hajar yang terletak di jalan Padjajaran-Bogor. Selain berkonsep islami, TK ini juga separoh bernuansa alam. Halaman sekolahnya ditanami pohon-pohon yang masing-masing di beri nama supaya anak-anak tahu itu pohon apa. Disamping pohon yang sengaja ditanam, ada juga pohon yang mungkin sebelum sekolah ini berdiri sudah tumbuh lebih dahulu, misalnya dua pohon beringin, satu pohon salam dan beberapa pohon cemara. Pohon-pohon ini menjulang besar dan kokoh, memayungi halaman bermain anak-anak yang terletak di depan kelas mereka sehingga menciptakan suasana teduh dan sejuk.

Jam 7.15 aku berangkat dari rumah bersama Rafif untuk menuju sekolahnya, dan seperti biasa setiap aku libur dia selalu minta diantar dengan sepeda motor. Jarak rumahku ke sekolahnya lumayan jauh, sekitar 7 kilo meter-an dan butuh waktu 15 menit sampai ke sana. Istriku menyusul kami dari belakang, dia mengandarai mobil karena nantinya aku akan pulang lebih awal sebelum perlombaan dan pertandingan tersebut usai karena harus hadir di kantor sebelum jam 1 siang ini.

Jam 8.30 perlombaan dan pertandingan di mulai setelah sebelumnya anak-anak belajar di kelas selama 1 jam. Mereka berhamburan keluar kelas sambil tertawa senang dan berlari-lari menuju rak sepatu. Rafifpun demikian, dia kelihatan sangat bersemangat dan gembira karena tidak harus duduk di dalam kelas untuk belajar. Anakku memang tidak begitu suka duduk berlama-lama untuk mendengarkan gurunya mengajarkan doa dan bernyanyi, satu-dua pelajaran yang dia suka adalah bila harus memperagakan gerakan seekor kucing atau belajar menggambar mobil.

Perlombaan pertama adalah lomba makan kerupuk. Sepuluh atau dua belas kerupuk digantung dengan tali rafia diantara 2 pohon cemara. Kerupuk-kerupuk itu menjuntai-juntai melayang ditiup angin. Anak-anak yang mengikuti lomba ini telah dibariskan mengikuti jajaran kerupuk yang bergantungan tersebut, masing-masing menghadapi satu kerupuk.

Babak pertama diikuti oleh anak laki-laki. Rafif tidak ketinggalan untuk ikut dalam perlombaan ini. Tadi, sebelum perlombaan dimulai dia telah meminta dua kerupuk kepada ibu gurunya. Bukan untuk latihan tetapi dia memang sangat doyan makan kerupuk, apalagi kerupuk Palembang buatan Suwandi. Dan satu kerupuk sudah tentu tidaklah cukup untuk memuaskan hasratnya, begitu habis dia langsung meminta tambahan satu lagi.

Mulaiiiii !!!! ibu guru memberikan aba-aba kepada pada anak-anak untuk segera berlomba menghabiskan kerupuk yang bergantungan. Bungsuku itu dengan cepat melahap kerupuk yang berada di depannya. Saat kerupuk milik kawannya baru habis seperempat, kerupuknya sudah tinggal setengah. Rafif pasti menang pikirku. Tidak sia-sia setiap hari dia makan kerupuk.

Ternyata sisa kerupuk yang setengah tersebut tidak bisa lagi dijangkau dengan mulutnya karena terlalu tinggi, apalagi selalu melayang ditiup angin. Sudah kelihatan dia mulai capek dan frustasi karena kerupuk tesebut selalu menghindar dari gigitannya. Dan haap !! Kerupuk tersebut diraihnya dengan tangan dan disentakkannya. Dapat ! Rafif melanjutkan perlombaan dengan memakan kerupuk yang berada digenggaman tangan kanannya. Habiissss ...teriaknya kuat. Dan sudah pasti walaupun dia yang pertama menghabiskan kerupuk, ibu guru mendiskualifikasi kemenangannya.

Babak kedua perlombaan ini diikuti oleh anak-anak putri. Mereka kelihatan tidak sebegitu semangat para anak laki-laki tadi. Mungkin mereka tidak begitu doyan makan kerupuk dan mengharapkan kalau yang dilombakan ini adalah makan sosis saja atau makan coklat.

Saat ibu guru selesai memberi aba-aba, para murid putri ini segera memulai menggigit kerupuk yang berada di depan mereka masing-masing. Perlombaan berjalan lamban, tidak seramai lomba anak laki-laki. Ada yang baru satu gigitan sudah meninggalkan arena, dan malahan ada yang tidak mau menggigit kerupuknya sama sekali dan hanya berdiri memperhatikan kawan-kawannya bersusah payah menuntaskan perlombaan.

Diantara sepuluh atau dua belas peserta ini aku sempat melihat dua orang peserta yang saling membantu untuk memegangkan kerupuk kawannya supaya tidak lari saat hendak digigit. Mereka saling membantu dan tertawa lucu. Sama sekali tidak nampak suasa kompetisi diantaranya padahal mereka sama-sama sedang mengikuti lomba untuk memperebutkan predikat pemenang.

Aku tersenyum geli dan langsung teringat dengan proses pemilihan Presiden yang baru saja selesai kita lakukan bulan yang lalu, tersenyum geli saat melihat sikap para Capres dan Cawapres yang dinyatakan kalah pada keputusan MK kemarin. Sikap salah satu calon Capres yang belum juga mau mengakui kekalahannya, apalagi memberi ucapan selamat kepada pemenang – Presiden terpilih.

Jika memberi ucapan selamat saja yang mudah untuk dilakukan tidak juga dilaksanakan, apalagi keinginan untuk membantu Presiden terpilih memajukan bangsa ini. Menyumbang gagasan dan pikiran yang dikeluarkannya selama masa berkampanye, memberikan ide-ide hebatnya kepada pemenang untuk bisa diimplementasikan walaupun dia sendiri tidak terpilih menjadi Presiden bangsa ini. Supaya bangsa dan negara ini maju, supaya anak-anak bangsa lebih bangga bisa bekerja membangun negaranya sendiri dari pada bekerja di negara tetangga yang justru sering melecehkan dengan kita sadari. Terus terang rasa keras kepala saya belum bisa terima bagaimana mungkin ada anak bangsa yang bisa berbangga kerja di negara yang melecehkan bangsanya sendiri demi mengejar materi yang mungkin bisa didapatkan lebih banyak. Bagi saya negara dan bangsa tidak ubahnya adalah seorang bapak, maka bila bapak saya dihina tetangga, pasti saya akan marah dan membela, dan sangat tidak mungkin saya mau bekerja dengan tetangga sialan tersebut. Entahlah !

Di berita tadi pagipun, sang Capres yang kalah tersebut belum juga mau memberikan ucapan selamat, entah apalagi yang ditunggunya. Bukankah ucapan selamat yang diberikan malah akan membuatnya semakin terhormat. Apakah hanya karena merasa dicurangi saat berlangsungnya proses pemilihan umum ?

Terlepas dari alasan-alasan yang ada, dibutuhkan jiwa besar jika ingin menjadi pemimpin yang besar. Tidak pernah ada pemimimpin besar yang memiliki jiwa kecil. Betapa beratnya perjuangan nabi Muhammad SAW dalam menegakkan Islam karena ada phase yang mengharuskan terjadinya peperangan yang sangat dahsyat dan mengharuskan beliau kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya. Paman beliau, Syaidina Hamzah harus wafat dalam perang Uhud karena di tombak oleh seorang budak dari belakang dan kemudian mayatnya dirusak oleh Hindun, istri Abu Sofyan yang bahkan mengunyah-ngunyah hati Syaidina Hamzah untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya dalam perang Badar.

Namun adakah Nabi Muhammad memiliki dendam? Ternyata tidak! Bahkan beliau selalu menasehati para sahabat bahwa perang yang dilakukan adalah semata-mata karena Allah, untuk menegakkan agama Allah dan bukan perang untuk membalas dendam atas kematian orang yang dicintai. Nabi sangat melarang para sahabat yang akan berangkat ke medan perang karena rasa dendam, beliau selalu menyampaikan bahwa syahid itu hanya karena menegakkan agama Allah semata. Sehingga terhadap anak-anak dan wanita musuh, beliau tidak membenarkan untuk membunuhnya, juga kepada musuh yang telah menyerah.

Kepada yang beragama lainpun beliau memberikan perlindungan karena Islam adalah agama yang membawa perdamaian, bukan agama yang ditegakkan dengan pedang dan kekerasan. Beliau mengizinkan terjadinya perdagangan yang saling menguntungkan dan melakukan kerja sama selagi tidak mencampur adukkannya dengan masalah Tauhid. Bukankah dalam surat Al Kafirun ayat 6 di tegaskan bahwa “ Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”.

Lalu kenapa yang banyak terjadi di republik ini adalah saling caci maki dan merasa benar sendiri? Saling merasa pintar padahal belum pernah ada buktinya. Senang menghabiskan waktu untuk berdebat daripada mewujudkan sesuatu yang berguna untuk bangsa dan negara ini. Bukankah menurut Mario Teguh tidak ada yang seratus persen benar dan tidak ada juga yang seratus persen salah. Sehingga kenapa tidak menyatukan yang benarnya saja dan meninggalkan yang salahnya. Bukankah yang demikian jauh lebih bermanfaat ? Kenapa tidak saling membantu untuk sebuah keinginan yang besar dan baik padahal Al Quran telah menjelaskannya dalam surat Al-maidah ayat 2 yang berbunyi “Saling bertolong-tolonganlah dalam kebaikan (dalam mengerjakan yang dititahkan) dan ketakwaan (dengan meninggalkan apa-apa yang dilarang) dan janganlah kamu bertolong-tolongan dalam berbuat dosa (atau maksiat) dan pelanggaran (artinya melampaui batas-batas ajaran Allah)”

Kedua peserta lomba makan kerupuk telah menghabiskan kerupuknya dengan tetap sambil tertawa riang. Menang kelihatannya bukanlah tujuan akhir mereka, mereka hanya ingin saling membantu supaya bisa menghabiskan kerupuk-kerupuk tersebut. Membantu mewujudkan tujuan mereka berdiri diantara dua pohon cemara,.....memakan kerupuk sampai habis.

Bogor, 18 Agustus 2009

APAKAH TUHAN TIDAK ADIL?


Barusan saja saya, anak dan istri ikut perlombaan yang diadakan di lingkungan tempat tinggal kami di Bogor dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke 64. Acara yang diikuti oleh warga beberapa cluster tersebut berlangsung cukup meriah. Hampir sebagian besar warga antusias mengikuti perlombaan dan pertandingan tersebut. Anak-anak, orang tua dan bahkan ada satu-dua orang yang sudah manulapun ikut berpartisipasi dengan hadir untuk ikut menonton. Mungkin manula tersebut ingin bernostalgia dengan keramaian pesta 17-an saat mereka masih muda, atau mungkin malah ingin mengenang kembali saat-saat heroik mereka yang ikut berteriak merdeka dengan kepalan tangan dan tubuh yang berlumur darah. Mereka tampak begitu senang dan selalu tersenyum.

Anak pertamaku mengikuti perlombaan makan kurupuk, begitu panitia memberi aba-aba, ia bersama temannya yang lain segera bercepat untuk menghabiskan kerupuk yang digantung pada tali tersebut. Kruk...kruk..kruk...mereka makan dengan mulut yang menganga lebar. Aku tersenyum, untung di bogor tidak ada kerupuk batok seperti di Palembang. Bisa dibayangkan bila panitia menggantungkan kerupuk batok untuk lomba makan kerupuk , jam berapa mereka akan bisa menghabiskan kerupuk tersebut. Kerupuk yang keras dan lebar tesebut,saat dimakan dalam keadaan tidak lomba saja bisa membuat mulut pegel dan linu. Aku biasanya memakan kerupuk tersebut dengan cuka pem-pek supaya menjadi lunak dan sedikit berasa pedas.

Pluit tanda waktu telah habis berbunyi. Panitia mencatat pemenang pertama sampai tiga untuk dilombakan lagi di sesi berikutnya. Anakku kalah. Kerupuknya habis tidak sampai setengah. Sejak pertama ikut perlombaan makan kerupuk tiga tahun yang lalu di Palembang, belum pernah satu kalipun dia menang, padahal setiap kami makan kerupuk adalah menu wajib yang harus tersedia.

Perlombaan berikutnya adalah lomba menangkap ikan. Kali ini anak laki-laki bungsuku ikut berpartisipasi. Bocah berusia 4 tahun ini begitu semangat untuk ikut lomba. Sejak perlombaan belum dimulai matanya tidak pernah lepas dari kolam karet yang sudah diisi ikan-ikan kecil, entah ikan apa. Rafif, anak laki-lakiku itu begitu senang dengan ikan. Bukan senang untuk memeliharanya, tetapi hanya senang untuk menangkap dan kemudian memencetnya sampai mati. Saat masih tinggal di Palembang, hampir setiap minggu aku harus mengganti ikan di kolam taman rumah karena selalu ditangkap dan dipencetnya.

Menghadapi lawan yang berusia lebih tua 3 sampai 5 tahun darinya sudah pasti dia ketinggalan. Apa lagi tubuh bongsornya menyulitkannya untuk leluasa bergerak. Biarpun banyak ikan yang berenang di sekitar tangannya, hanya satu saja yang berhasil dia tangkap sejak tadi, itupun ikan yang sudah lemas karena mungkin pernah terinjak oleh kaki peserta. Begitu waktu dinyatakan habis dan dari sepuluh peserta yang ikut, hanya anakku satu-satunya peserta yang hanya berhasil menangkap satu ikan saja. Saat melihat peserta yang lain memperoleh lebih dari 5 ikan, Rafif langsung protes, dia tidak terima waktu perlombaan telah dihentikan sebelum dia berhasil menangkap ikan yang sama banyak dengan teman-temannya yang lain. Mukanya memerah, giginya beradu karena geram, mimiknya menandakan bahwa ia sangat kecewa dan emosi. Rafif tidak terima dengan keputusan panitia yang memintanya untuk berhenti padahal ia masih mengumpulkan ikan yang hanya satu saja. Baginya keadilan itu adalah mendapatkan jumlah ikan yang sama banyak. Saat panitia seddang menghitung ikan-ikan yang ditangkap, Rafif kembali menceburkan diri kedalam kolam tersebut, byurrr ...... dia kembali melanjutkan menangkap ikan tanpa satupun ada panitia yang bisa mencegahnya.

Berikutnya adalah lomba menangkap belut untuk ibu-ibu. Istriku yang semula hanya berniat mengantar anak-anak ikut lomba terpaksa harus berpartisipasi karena panitia mendesaknya untuk ikut lomba tersebut.
Priiiitttt !!!! waktu dimulainya perlombaan telah dibunyikan, tangan istriku bergerak cepat...sat..set...persis gerakan tangan Katara saat memperagakan jurus pengendali air dalam cerita Avatar. Satu..dua..tiga...dan saat waktu lomba dihentikan aku lihat botol aquanya telah banyak terisi belut hasil tangkapannya. Gawat pikirku, kalo ada intel polisi yang ikut menonton jalannya lomba bisa-bisa istriku dicurigai tukang copet karena kelihaiannya menangkap belut yang licin, apalagi kami pindahan dari Palembang, daerah yang juga pengekspor copet ke Jabodetabek selain Medan. Saat pengumunan hasil tangkapan belut terbanyak diumumkan, ternyata istriku adalah penangkap belut terbanyak. Tidak kurang dari 13 belut yang berhasil ditangkapnya dalam waktu satu menit.

Pertandingan terakhir adalah tarik tambang untuk bapak-bapak. Untuk yang satu ini sudah pasti aku tidak pernah absen. Sejak ikut pertandingan tarik tambang 10 tahun yang lalu, teamku selalu menjadi juara satu. Bukan karena aku saja yang kuat, tetapi biasanya untuk urusan pertandingan tarik tambang yang kuat akan selalu akan mencari kawan yang juga kuat. Yang kuat sudah pasti tidak mau gabung dengan yang tidak kuat atau yang badannya kecil. Disamping akan membuat capek karena harus nyumbang tenaga yang kebih besar, bila kalah juga akan malu karena penonton biasanya akan bilang “wah, percuma punya badan besar toh masih juga kalah....”

Satu...dua...tiga... Wasit segera melepaskan injakannya dari tengah tambang yang diberi pita merah. Aku dan team segera mengeluarkan sentakan tenaga yang besar supaya lawan segera tertarik. Tapi ternyata tidak segera membuahkan hasil karena komposisi tubuh penarik tambang dari kedua team hampir sama. Walah... tenagaku mulai terkuras ...hggghh..hggghh...sekuat tenaga aku menarik tambang tersebut agar bisa ditarik. Beberapa saat kemudian mulai membuahkan hasil, pita tersebut mulai bergerak mendekat kearah kami...hhggggghhhh....dan berhasil...babak pertama bisa kami menangkan.

Babak kedua kami berganti tempat. Team lawan yang sudah kelelahan menjadi keuntungan buat kami karena team kami masih terlihat segar. Begitu wasit menyatakan tambang sudah boleh di tarik, team kami tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Seluruh tenaga kami keluarkan supaya pertandingan cepat selesai. Rahangku mengeras, otot-otot tendonku berkontraksi hebat , tenagaku rasanya sudah sampai di kepala...dan alhamdulillah, team kami menang.

Pembagian hadiah bagi para pemenang segera dimulai. Anak-anak yang menjadi juara lomba sangat senang karena akan menerima hadiah tersebut. Ada beberapa anak yang menjadi juara dalam beberapa lomba dan akan mendapatkan hadiah dari setiap lomba yang dimenangkannya. Mereka yang menjadi juara di multi cabang ini akan membawa hadiah yang banyak. Wah, wajah mereka terlihat sangat gembira. Anak pertamaku sedikit kecewa karena dari 3 lomba yang diikutinya tidak satupun yang berhasil dimenangkannya. Satu-satunya yang membuatnya tetap gembira adalah karena ibu-bapaknya sama-sama menjadi juara pertama untuk lomba menangkap belut dan pertandingan tarik tambang.

Ketika istriku dipanggil ke atas panggung dan menerima hadiah, dia terlihat sangat senang karena hadiahnya sangat bagus, satu set tea cup yang cantik. Wah, kebetulan sekali karena saat ini kami baru punya satu set tea cup saja, padahal kadang kala kami harus menerima tamu yang jumlahnya lebih dari enam orang. Lumayan katanya, ternyata hanya membutuhkan waktu satu menit saja untuk mendapatkan satu set tea cup. Alhamdulillah....

Ketika aku dipanggil untuk naik ke atas panggung dan menerima hadiah atas pertandingan yang lumayan membuat tenagaku habis , aku sangat terkejut... ternyata hadiahnya hanya satu tea cup saja...ya hanya satu tea cup dan bukan satu set seperti hadiah yang diterima istriku.

Aku tidak menyalahkan panitia karena ini hanyalah hiburan untuk mengisi perayaan 17-an, dan juga bagiku apa yang aku dapatkan adalah rezeki dari Allah. Lalu kalau begitu Allah tidak adil dong karena istriku tidak perlu bercapek-capek dan mengeluarkan tenaga yang besar untuk bisa mendapatkan satu set tea cup, sedangkan aku harus mengeluarkan tenaga yang besar dan keringat hanya untuk mendapatkan satu tea cup saja.

Hahaha...tapi justru itulah kemuliaan dan keadilan ALLAH terhadap kita. Hanya kita saja yang seringkali melihat keadilan ALLAH dan membandingkannya dengan keadilan menurut manusia. Keadilan yang sulit untuk dicerna bagi mereka yang hanya melihat dari sisi bendanya saja. Aku jadi ngeri bila membayangkan bahwa bila yang capek, yang selalu bekerja keras, yang rajin belajar, yang punya modal kuat, yang punya kekuatan dan yang pintar adalah mereka yang pasti akan “berhasil” dalam hidupnya, terutama secara financial. Sehingga kalau ini terjadi maka hak ALLAH akan hilang, hak untuk memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendakiNYA.
Sehingga dengan demikian orang-orang tidak perlu lagi beribadah dan selalu memohon kepadaNYA agar diberi rezeki...pokoknya belajar saja yang rajin supaya jadi pintar, siapkan modal, kerja keras dan lain sebagainya saja supaya pasti bisa jadi kaya (yang belum tentu masuk Syurga). Terus bagaimana nasib yang kurang pintar, terbatas kemampuan fisiknya sehingga tidak bisa kerja keras, yang tidak punya modal, yang tidak punya kekuatan dan yang sekolahnya bandel kayak aku dulu?

Alhamdulillah, ALLAH memang zat yang maha adil. Yang diberi rezeki harta yang banyak bukan saja mereka yang pintar, yang rajin, yang punya modal banyak, yang kuat dan yang lain sebagainya. Tetapi ALLAH akan memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya, bahkan kepada yang tidak mempercayaiNYA pun tetap ALLAH akan memberikan. Bukankah dalam Al Quran-pun sudah dijelaskan bahwa “ ALLAH akan memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakiNYA” dan juga “ dari arah yang tidak disangka-sangka”.


Kini kupandang lagi tea cup yang kuperoleh dengan susah payah dan mengeluarkan tenaga besar tadi sambil kembali berucap “ Alhamdulillah ya ALLAH, tea cup ini adalah sebuah pertanda bahwa ENGKAU masih tetap memberikan rezeki kepadaku disamping rezeki lain yang telah juga kuterima hari ini. Sungguh ENGKAU maha berkehendak terhadap umatMU, maka ampuni segala dosa-dosa dan buruk prasangkaku terhadapMU.


Bogor, 17 Agustus 2009.
Kepada semua kawan-kawan, saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan yang telah saya perbuat dan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi kawan-kawan yang muslim.

Saturday, March 14, 2009

MENANTI JAM KULIAH


Ini bukan sedang berjudi apalagi pornography. Kegiatan ini hanya mengisi waktu luang disaat menunggu jam kuliah, sekalian mengasah ketrampilan bermain remi. Dizaman ini dulu belum ada permainan “song”, jadi yang dimainkan saat itu mungkin permainan “set-sot” kalau tidak salah, atau mungkin permainan 41 malah. Aku tidak tahu karena aku tidak tertarik bermain remi.

Teman saya yang terlihat diphoto tersebut adalah Richard, Pe’i, Romas dan Awang sedang buka baju sudah pasti karena kepanasan. Maklum, kalau tidak salah tempat costnya Richard di Jalan Riau ini tidak menggunakan AC. Mungkin ditahun itu harga AC masih mahal sehingga hanya menggunakan kipas angin saja. Yang habis dikerok karena masuk angin, biasanya kalau ikut bermain tidak membuka baju dan juga tidak membuka celana (apa hubungannya???).

Tempat cost Richard ini memang jadi tempat berkumpul saat menunggu jam kuliah berikutnya dan melakukan berbagai kegiatan. Kadang-kadang kita membuat tugas disini, membuat contekan untuk ujian, meminjam komputernya untuk membuat makalah atau tempat belajar jadi “dewasa” dengan melihat buku-buku dewasa yang dibawa oleh kawan-kawan yang lain dan biasanya saling bertukar pinjam.

Yang punya rumah kalau tidak salah adalah seorang janda yang punya hobby berjudi. Hampir setiap hari kami melihat tamunya datang, untuk berjudi barangkali. Mungkin uang bayaran cost itulah yang dia jadikan modal untuk bermain bersama tamu-tamunya tersebut. Dan Mungkin karena itu juga Richard tidak boleh terlambat membayar uang cost, karena kalau terlambat maka janda itu tidak bisa bermain judi.

Kalau lagi asyik bermain remi dan jam kuliah berikutnya tiba, kadang-kadang ada alasan untuk tetap meneruskan permainan remi tersebut sampai selesai. Alasan yang sering dipakai adalah “..males ah, yang ngajar pak Fusito...” atau “..tidak datang juga tidak apa-apa karena yang mengajar pak Valentino..” atau juga “...nitip absen dong..” dan banyak lagi alasan-alasan yang lain yang kami buat.

Namun kalau mata kuliah berikutnya adalah mata pelajaran yang diajarkan oleh mbak Mawarni, biasanya kita segera bergegas supaya dapat tempat duduk di depan ruangan kuliah. Maklum, mbak ini dosen muda yang cukup cantik wakaupun sedikit judes dan ketus. Yah, paling tidak lumayanlah untuk kita-kita yang lagi pada puber. Beda dengan jurusan teknik kimia yang mayoritas malah perempuan, sehingga mahasiswanya malah sudah pada imun, sudah terbiasa berdekatan dengan teman ceweknya sehingga gejolaknya tidak sekencang mahasiswa jurusan mesin. Sudah tidak dahsyat lagi!

Sekarang Richard dan Romas sudah tidak gondrong lagi dan terlihat dan terlihat rapi. Mungkin karena pengaruh bertambahnya usia dan karirnya di tempat kerja. Tapi yang jelas mereka lebih terlihat tampan saat ini, beda dengan saat itu yang terlihat seperti penyanyi dangdut walaupun mereka meng-claim seperti penyanyi rock. Hahaha...

FITNESS

Sekitar pertengahan tahun 1991, Teman saya Henry dan Richard memperkenalkan olah raga angkat beban yang saat itu sering kami sebut dengan fitness. Suatu penggunaan kata yang salah sebenarnya karena olah raga yang kami lakukan lebih menjurus untuk menjadi binaraga, bukan sekadar olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh.

Tempat olah raga angkat beban tersebut bukan di hotel atau di tempat kebugaran yang bagus, tempat yang menjadi sarana latihan kami terletak di gang kecil di jalan Ali Gatmir pasar Kuto, tepatnya di lorong Dagi. Tempat yang sering juga kami sebut dengan Dagi Fitness.

Di Dagi fitness jangan berharap tersedianya instruktur yang akan mengajarkan olahraga ini atau membayangkan tersedianya alat yang modern untuk membentuk tubuh seperti di gymnastic kepunyaan Ade Rai. Semua peralatan disini benar-benar seadanya. Lempengan barbel yang terbuat dari plat besi yang dipotong, tempat bench press dari kayu, pararel dips yang terbuat dari setang sepeda atau peralatan row chest yang terbuat dari rantai sepeda. Hampir sebagian besar peralatan disini adalah home made, buatan sendiri.

Namun mungkin karena murah atau karena pemiliknya adalah pelatih angkat berat di Palembang, tempat tersebut sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin memperbesar otot tubuh mereka. Termasuk juga saya dan teman-teman seperti Henry, Richard, Novian, Ruslan, Harry, Romas, Budi dan Redy. Tapi seperti biasa, lama kelamaan hanya saya , Novian dan Henry saja yang tekun berlatih dan berkunjung walau saat ujian sekalipun (lha wong saya kalo ujian selalu memilih duduk dekat sama yang rajin belajar..)

Sewaktu masih ramai-ramai berlatih, begitu selesai biasanya kami langsung menuju rumah makan martabak telor HAR di jalan kol. Atmo untuk menggantikan energi yang hilang. Saya, Henry dan Harry biasanya bisa memakan martabak tersebut sampai 3 atau 4 piring (padahal saat ini untuk menghabiskan 1,5 piring saja sudah sulit). Novian bisa memakan 2 atau 3 piring, sedangkan yang lainnya paling banter 1,5 piring saja. Karena selalu memakan dengan porsi super itulah penjaga toko martabak tersebut sangat senang bila kami datang . Laris, pasti itu yang ada dalam pikirannya!

Seperti biasanya orang yang ingin memamerkan otot, maka semakin besar otot yang dia miliki anehnya semakin kecil ukuran baju yang dibeli. Kalau dulu memakai ukuran XL, sekarang diturunkan menjadi ukuran L. Supaya tidak ada celah lagi antara baju dengan tubuh. Supaya benar-benar nge-press..he..he... Padahal sungguh mati, otot yang kami miliki saat itu lebih mirip otot kuli angkut daripada otot binaragawan (lha wong latihannya memang sama para kuli angkut lemari di sekitar Dagi dan tanpa pelatih, mana mungkin jadi bisa kayak Ade Rai).

Henry yang memang berbadan paling besar, ternyata punya obsesi untuk menggantikan Lou Ferigno untuk menjadi Hulk, si Raksasa Hijau dalam film The Incridible Hulk. Sudah sedikit mirip memang, namun tidak miripnya jauh lebih banyak, terutama untuk otot bagian perut. Namun demikian, tidak saya lihat sekalipun dia memasukan latihan otot perut kedalam program latihan yang dilakukannya. Hampir melulu program yang ada hanyalah otot dada, otot lengan dan otot pundak. Tidak jauh berbeda dengan latihan yang saya lakukan (namanya juga tukang contek, jadi apa yang Henry lakukan itu yang saya turuti).

Sampai saat ini, saya dan Henry masih sering membicarakan olahraga angkat beban bila bertemu. Namun hanya sebatas membicarakan saja sambil tertawa mengingat kebodohan yang pernah kami lakukan. Sekarang kami berdua disarankan dokter untuk tidak melakukan olahraga tersebut karena terkena penyakit yang sama. Sakit pinggang! Penyakit yang datangnya belasan tahun kemudian karena kesalahan program latihan waktu dulu. Sekarang terkubur sudah impian Henry untuk menggantikan Lou Ferigno, apalagi setelah menyaksikan film terbaru tentang Hulk ternyata telah menggunakan animasi komputer sehingga tidak membutuhkan seseorang yang berotot besar lagi.

KUCING SIALAN !

Kucing dalam judul cerita di atas bukanlah kucing dalam arti sebenarnya. Bukan kucing yang berkaki empat yang kadang menggemaskan tetapi lebih sering lagi menjengkelkan bagi saya. Bukan kucing yang suka bermanis-manis dihadapan kita kemudian mencuri ikan saat kita lengah. Kucing ini juga bukan turunan persia yang berbulu panjang dan lebat atau turunan angora yang kelihatan anggun.

Kucing disini adalah Harry. Kawan satu angkatan saat saya kuliah. Harry yang dulu saat kuliah selalu telat datang karena sibuk menyiapkan jualan otak-otak dan pempek punya Aji, seorang janda keterunan China beranak tiga yang tinggal di pasar Cinde.

Setelah kuliah selesai dan bertemu di Jakarta sekitar tahun 1999 si Hotel Sahid, ada sesuatu yang ganjil yang aku lihat dari kartu nama yang diberikannya. Harry Cadine ! Ya, Harry yang saat kuliah dulu hanya bernama Harry, sekarang menempelkan Cadine di belakang namanya. Aku tidak tahu dari mana asalnya nama ini karena malas untuk bertanya. Mungkin nama ini diambilnya dari nama bapaknya, atau dari nama bintang film yang baru ditontonnya atau mungkin juga direka-reka supaya kelihatan keren.

Saat kami makan malam di kamar hotel, ternyata nafsu makannya belum juga berubah, masih sama seperti masih kuliah dulu. Satu porsi besar steak dan kentang belumlah cukup untuk mengisi perutnya. 3 jam kemudian harus ditambah dengan satu mangkok besar sop buntut dan sepiring nasi. Celananya yang dulu berukuran 34 mungkin sudah berukuran 38 sekarang. Yang paling menakjubkan adalah pertumbuhan lingkar perutnya, dahsyat men .... (kalau ada diantara kawan-kawan yang sulit membayangkan lingkar perut Harry, silahkan lihat patung Budha di Kelenteng ... 95% mirip .. he..he..).

Sampai saat ini saya belum tahu kenapa saat kuliah dulu Harry di panggil Kucing atau Harry Kucing. Namun nama ini memang jauh lebih populer dari pada nama aslinya. Awalnya Harry sangat keberatan dengan panggilan ini, namun lama –kelamaan akirnya dia pasrah juga.

Kucing sialan! Ya, Harry memang benar-benar sialan termasuk juga Henry, kawan saya yang satu lagi. Sialan yang memang benar-benar sialan. Sialan yang membuat saya harus menggambar ulang tugas akhir saya dari awal kembali padahal saat itu sudah 80% selesai. Gambar tugas akhir yang sudah saya kerjakan selama 3 hari 3 malam musnah seketika saat saya meminta bantuan mereka untuk melanjutkannya karena saya sudah kecapaian dan tertidur.

Wah, sebal sekali! Lebih sebalnya lagi bahwa gambar tersebut rusak karena tertumpah kuah soto yang saya belikan sebagai sogokan supaya mereka mau membantu menyelesaikan gambar tersebut. Sogokan yang membawa bencana, atau mereka berdualah sebenarnya pembawa bencana bagi saya? Celakanya, saya baru tahu bahwa gambar tersebut rusak setelah saya bangun dari tidur dan mendapati mereka berdua sudah pulang tanpa pamit. Alamak ....

Ha..ha... kejadian menyebalkan tersebut sekarang menjadi kenangan yang indah. Kejadian yang bisa menjadi bahan tertawa saat kami kumpul bersama kawan-kawan satu angkatan kuliah dulu. Sudah puluhan kali cerita ini disampaikan saat kami bertemu, baik oleh saya, Harry maupun oleh Henry. Tetapi kami tidak pernah bosan dan selalu kembali tertawa. Mentertawakan kelakukan kita saat masih kuliah.

Sampai sekarang sudah tentu Harry masih suka kita panggil Kucing. Tapi dengan embel-embel yang baru pula “boss Harry Kucing”. Embel-embel baru yang didapatkan seiring dengan pertumbuhan lingkar perutnya yang semakin maju ke depan.

LONTONG SAYUR

Saat masa kuliah dulu, tempat makanan favorit saya adalah warung kecil di pinggir jalan di daerah Puncak Sekuning, Bukit Besar. Rumah makan ini terletak diujung jalan yang membelah kuburan penduduk sekitar daerah tersebut. Kuburan yang padat. Kuburan yang terkenal dengan nama yang sama “Puncak Sekuning”.

Saya suka makan di sana bukan karena makanannya enak, tetapi lebih karena harganya yang murah. Maklum saat kuliah uang saku selalu diberi pas-pasan oleh orang tua. Di sana dengan uang 1000 rupiah sudah bisa makan sepiring besar lontong plus beberapa potong tempe. Sudah cukup untuk mengganjal perut sampai jadwal makan siang datang.

Saat makan siang, yang lebih sering menemani makan di sana adalah Henry dan Harry. Teman saya yang dua ini nafsu makannya luar biasa. Satu bakul nasi bisa dihabiskan sendirian saja walaupun lauknya cuma sepotong tempe dan semangkuk sayur. Bagi kami yang penting nasi, lauk urusan belakangan. Yang penting murah dan mengenyangkan, sehat urusan belakangan. Kalau sudah masuk perut, biar perut yang mengaturnya ..ha..ha...

Henry inilah yang mengenalkan saya dengan olehraga angkat beban. Berat badan saya yang semula hanya 59 kilo, naik drastis menjadi 71 kilo hanya dalam waktu 3 bulan. Tangan saya yang semula kecil, sekarang kelihatan bendol-bendolnya. Dada yang dulu rata, sekarang sudah seperti dada perempuan abege. Kalau pakai baju, kelihatan sempit dan nge-press bentuk tubuh. Wuihhh..keren...

Tapi gara-gara olahraga ini juga ibu saya sering berteriak histeris karena telor di dalam kulkas cepat sekali habisnya. Sehari saya bisa melahap delapan butir telor. Menurut Henry, Ade Rai malah bisa makan sampai 40 butir telor sehari. Bayangkan kalau pas lagi kentut, bagaimana baunya ...

Sebagai remaja yang baru tumbuh dengan olah raga berat yang jadi pilihan, sudah tentu kami perlu asupan energi yang banyak. Energi inilah yang kami dapatkan dari sebakul nasi, semangkuk sayur dan beberapa potong tempe dari warung makan yang kami beri nama “PCK”, kependekan dari Puncak Sekuning. Belakangan baru saya tahu bahwa nasi ternyata merupakan sumber karbohidrat yang buruk untuk proses pembentukan otot. Pantesan disamping ototnya muncul, perut juga ternyata ikut muncul ...

MEMILIH KAMERA DIGITAL

Saat ini kamera digital bukan merupakan suatu barang langka yang wah lagi. Beda dengan saat pertama kali saya melihat kamera tersebut pada tahun 1997 saat bekerja di Proyek Pembangunan Corridor Block Gas Project milik Asamera di kecamatan Bayung Lencir – Muba. Sekitar bulan Agustus tahun tersebut, boss saya yang orang Jepang kembali masuk kerja setelah cuti selama satu bulan untuk pulang ke Jepang. Saat kembali masuk kerja itulah disamping dia membawa majalah dewasa untuk kawan-kawannya yang telah lama tidak pulang, dia juga membawa kamera digital. Kamera yang entah saya lupa mereknya itu masih menggunakan internal memory untuk menyimpan data gambar, baru kemudian ditransfer ke komputer. Hasil gambarnya cukup menakjubkan untuk ukuran saat itu, walaupun resolusinya hanya sekitar 1,4 mega pixel. Maklum saat itu masih dominan menggunakan kamera analog. Sehingga saat melihat kamera yang gambarnya bisa preview langsung di komputer menjadi takjub.
Salah satu tugas saya saat itu adalah mengambil photo progress pekerjaan untuk dijadikan laporan proyek. Setiap akhir bulan saya keliling ke empat lokasi proyek untuk mendapatkan photo-photo ini. Harapan saya, boss saya akan meminjamkan kamera digitalnya untuk saya gunakan. Wah, pasti keren pikir saya kalau saya cerita sama pacar (sekarang sudah jadi istri saya) bahwa saya menggunakan kamera digital. Perlu diingat, seperti tulisan saya diatas bahwa ini barang langka lho, new technologi, barang mahal karena dibawa langsung dari Jepang dan oleh orang Jepang pula (walaupun Jepangnya termasuk yang dekil).
Eh, ternyata harapan saya meleset. Saya disuruhnya tetap menggunakan kamera saku analog merk Nikon. Kamera digitalnya tetap dia pakai sendiri walaupun sumpah mati hasil photo saya jauh lebih bagus dari photonya.
Delapan tahun kemudian ternyata perkembangan kamera ini terasa begitu cepat. Dari yang resolusinya 1,4 MP melesat menjadi 8 MP, bahkan sudah ada yang 24 MP yang diluncurkan akhir tahun kemarin. Dari kamera prosumner sampai ke DSLR, bahkan handphone saja sudah dilengkapi dengan kamera digital dengan resolusi sampai 8 MP. Zaman sekarang kalau tidak punya kamera digital terasa seperti kuda gigit besi alias ketingggalan zaman.
Nah, kalau saat ini kawan-kawan punya dan ingin membeli kamera digital, bagaimana cara memilihnya?
Ada beberapa tips yang bisa dijadikan panduan dalam memilih kamera digital seperti dituliskan di bawah ini :
1. Tentukan dulu kamera digital ini akan diperlukan untuk apa. Kalau hanya untuk dokumentasi keluarga, disimpan dalam komputer saja atau akan dicetak hanya seukuran 4R, lebih banyak digunakan dalam kondisi yang bagaimana? Low ligh atau normal light? Nah kalau sudah tahu akan lebih banyak digunakan untuk apa baru kita bisa menentukan pilihan. DSLR pada umumnya punya kemampuan merekam gambar yang baik karena ukuran sensornya lebih besar dari kamera prosumer (pocket camera). Jadi kalau punya kamera prosumer 10 MP jangan bangga dulu, karena hasilnya tidak akan lebih baik dari kamera DSLR yang hanya 6 MP. Ingat sebagian besar kamera prosumer ada interpolasi pixel, sehingga kalau dicetak besar gambarnya kelihatan pecah-pecah. Jadi kalau hanya untuk dokumentasi keluarga pilih saja kamera prosumer yang harganya mulai dari 1,4jt – 4jt-an.
2. Tentukan lagi hobby kita motret apa? Kalau hobbinya motret artis mandi, yah sudah pasti diperlukan kamera dengan lensa panjang (tele lens) supaya tidak ketahuan. Dan fasilitas untuk ganti mengganti lensa ini yang tidak terdapat pada kamera prosumer. Kalau hobbinya motret alam maka diperlukan kamera dengan lensa pendek (wide lens), fasilitas ini terdapat juga pada kamera prosumer. Memotret artis mandi dengan lensa wide akan membuat gambarnya menjadi distorsi sehingga ada bagian tubuh yang tidak perlu besar malah kelihatan membesar, disamping juga bisa kena gampar artis yang bersangkutan karena lebih mudah untuk ketahuan.
3. Apakah ini hanya hobbi atau mau dijadikan bisnis? Kalau hanya menyalurkan hobbi dan punya uang terbatas, kamera prosumer sudah cukup. Tapi kalau mau dijadikan lahan untuk cari uang ya harus beli kamera DSLR. Di samping hasilnya akan lebih bagus karena gambarnya tidak pecah kalau dicetak besar, juga supaya konsumen percaya kalau kita motret dengan serius, atau juga supaya kelihatan seperti photographer profesional (walaupun mungkin saja photonya tetap jelek juga..he..he..)
4. Apakah kamera ini untuk investasi atau untuk digunakan sehari-hari? Kalau untuk investasi sebaiknya membeli emas, tanah atau rumah karena harganya tidak mungkin turun. Tetapi kalau untuk digunakan motret ya belilah kamera karena emas, tanah dan rumah bukan merupakan alat potret sehingga tidak bisa menghasilkan gambar.
5. Merk apa? Saat ini hampir semua kamera yang ada memiliki kemampuan yang bagus dan setara. Jadi bebas saja memilih merk sesuai dengan kondisi keuangan kita, asal jangan saja memilih merk yang baru terdengar. Usahakan membeli kamera yang memberikan garansi sehingga mudah untuk memperbaiki kalau terjadi kerusakan.
Saran terakhir, sebaiknya jangan percaya dengan para maniak merk kamera yang bilang ini bagus, itu bagus. Ingat pepatah “the man behind the camera” untuk menghasilkan gambar yang berkualitas.
Selamat membeli kamera.

KELUARGA SAYA

Photo disebelah adalah photo saya dan keluarga. Saya menikah tahuin 1998 pada tanggal 28 Juni. Satu kenangan yang indah yang mendebarkan yang tidak mungkin bisa terlupakan. Bukan hanya kisah pertemuan saya dan istri saja yang menjadi suatu kenangan indah tersebut, tetapi persiapan menikah kami juga menjadi sesuatu yang menegangkan. Bagaimana tidak! Tahun tersebut adalah salah satu tahun yang pahit bagi bangsa Indonesia. Reformasi! Suatu keadaan yang menyebabkan ketidak stabilan harga barang. Stabil menjadi turun pasti tidak masalah, namun ketidak stabilan disini dalam arti sebenarnya semua harga barang melambung tinggi karena terjadi inflasi nilai tukar rupiah terhadap dolar. Bayangkan, pada saat itu 1 US$ hampir 16 ribu rupiah.
Menikah? Ya, setidak-tidaknya harus ada pesta, harus ada tukang photonya, harus punya jas dan harus punya cincin kawin setidak-tidaknya. Nah dua yang saya sebut belakangan inilah yang membuat peristiwa persiapan menikah ini menjadi kenanagan yang indah saat ini.
Pertama masalah jas yang akan dipakai saat akad nikah. Sebulan sebelum akad nikah saya pergi ke Megahria untuk membuat jas. Karena ini perkawinan yang pertama (dan terakhir tentunya), sudah pasti saya memilih untuk menjahit ditempat yang terbaik dengan bahan yang terbaik pula. Mahal? No problem. Sebagai pekerja proyek di perusahaan asing dengan jabatan yang lumayan, uang tidak menjadi masalah saat itu (padahal saat kuliah, kalau makan pagi dan siang cukup dengan lontong tempe di Puncak Sekuning). Yang penting saat akad nikah nanti terlihat keren dan gagah, kalau perlu semua gadis-gadis yang hadir saat itu pada naksir semua ..he..he...
Setelah selesai mengukur jas, dijanjikan jasnya akan selesai dalam waktu 3 minggu. Artinya 1 minggu sebelum akan nikah jas sudah bisa dipantas-pantaskan, sehingga kalau ada yang kurang pantas masih ada waktu untuk memperbaikinya.
Hari demi hari berlalu .... semua aman. Namun kira-kira 3 hari menjelang pengambilan jas tersebut, saya melihat di televisi bahwa Megahria terbakar. Alamak, bagaimana dengan jas-ku? Pasca kebakaran semua toko dikawan Megahria masih di beri police line. Wah, bagaimana mencari yang punya toko supaya dapat penggantian?
Alhamdulillah setelah keliling sana-sini ke penjahit lain, ternyata ada juga yang sanggup menyelesaikan pembuatan jas hanya dalam waktu 1 minggu. Penjahit pinggir jalan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bang Dul namanya. Harganya? Ha..ha.. hampir separoh dari jas yang ikut terbakar di Megahria. Saat selesai dan dipakai ternyata ..waw..keren juga. Jahitannya rapi dan halus. Kualitas toko harga pinggir jalan.
Yang kedua cincin kawin. Pasca reformasi yang ditandai dengan diserahkannya jabatan presiden dari Suharto ke Habibie, hampir semua toko masih tutup. Penduduk keturunan China yang mayoritas pedagang masih takut untuk menampakkan diri. Sebagian besar dari mereka trauma akibat tindakan brutal penduduk pribumi terhadap mereka. Akibatnya ya toko emas pada tutup semua. Saya dan istri (calon istri saat itu) tidak tahu lagi mau mencari cincin emas kemana. Issue lain ada yang mengatakan emas tidak bisa dijual saat ini karena harganya tidak stabil, sehingga mereka takut rugi. Gawat!
Namun seperti biasa kalau kita percaya “bahwa dibalik kesusahan pasti ada kemudahan. Dan sesungguhnya dibalik kesusahan pasti ada kemudahan.” Pasti ada bantuan yang datang. Dan Alhamdullilah, kenalan istri saya bersedia untuk membantu menyediakan cincin emas tersebut yang walaupun ternyata kadar karatnya tidak sama dan ukuran cincin saya harus kenakan kekecilan sehingga harus diminyakin terlebih dahulu pada saat acara saling pakai cincin setelah acara akad nikah. Bersyukurnya lagi ternyata setelah harga emas stabil, kami diperbolehkan untuk menukarnya dengan cincin kawin yang lebih baik.
Kembali ke photo saya perkenalkan istri saya bernama Juliana Dewi Kartikawati, alumni Sipil Universitas Sriwijaya Amngkatan ’91. Kami sama sekali tidak pernah saling mengenak disaat kuliah. Perkenalan baru terjadi saat sama-sama kerja ditengah hutan saat proyek pembangunan Corridor Blok Gas Project milik Asamera di desa Grissik kecamatan Bayung Lencir – Muba. Anak saya yang pertama lahir di Palembang, 25 Februari 2000, namanya Frinandya Dewi Sutedja. Yang kedua lahir di Palembang, 08 Juli 2002, namanya Anandya Dewi Saputra. Saat yang menegangkan karena menjelang kelahirannya saya masih berada di Amerika. Dan yang terakhir bernama Muhammad Rafif Deka Saputra, lahir di Jakarta pada tanggal 07 Juli 2008.
InysaAllah kami dijadikan keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Amin.

Sunday, February 8, 2009

Gambar pada Blog Header

Mungkin ada yang bertanya, yang mana saya antara dua orang pada photo tersebut? Saya yakin pasti banyak yang menebak dengan benar. Ya, saya yang mengenakan coverall berwarna merah. Yang mengenakan baju loreng adalah teman baik saya. Namanya Dadang Ismail. Saat ini dia menyandang pangkat kapten dan berdinas di Kodim Kota Palembang.

Photo itu diambil saat ada latihan pemantapan batalyon Raider 212 Kodam 2 Sriwijaya pada akhir tahun 2007 yang lalu. Beliau saat itu menjabat sebagai Komandan Kompi Markas Raider 212. Jabatan yang bertanggung jawab terhadap kelancaran perlengkapan latihan, sarana latihan dan latihan pemantapannya sendiri.

Saat itu saya menjabat sebagai head of field operation pada salah satu perusahaan minyak yang ada di Sumatera Selatan. Sehingga untuk kelancaran latihan kami berdua sering berdiksusi mengenai hal-hal yang saya sebutkan diatas.

Dari beliau saya banyak mengenal istilah yang digunakan oleh militer, khususnya TNI angkatan darat,temasuk juga materi latihan dan untuk apa materi itu di pelajari. Saya juga diajak untuk menyaksikan latihan secara langsung. Masuk ke dalam perkebunan karet dan kelapa sawit pada malam hari untuk menyaksikan secara langsung kegiatan para anggota batalyon 212 itu berlatih perang. Ternyata berat sekali tugas para serdadu ini. Di dalam kebun mereka makan seadanya dari bekal yang ada. Memasak harus hati-hati karena apinya todak boleh besar dan menimbulkan asap yang banyak karena bisa mengakibatkan terlihat oleh musuh. Kasur? Jangan pernah membayangkan mereka tidur di kasur saat latihan. Mereka harus berjaga bergantian dan tidur sebentar saja dengan posisi duduk bagi mereka yang kena giliran istirahat.

Untuk meninggalkan camp dalam hutan saja ternyata ada aturannya. Tidak boleh ada sesuatu yang tertinggal yang bisa dijadikan petunjuk oleh musuh. Kalau ini sampai terjadi, mereka akan kena tindak oleh pelatihnya. Latihan ini harus bisa menggambarkan situasi perang sebenarnya.

Hanya satu jam saja saya bersama mereka dalam hutan, tangan saya sudah pada bentol semua digigit nyamuk. Belum lagi kecapekan karena berdiri terus.

Dalam hati saya bersyukur, untung saat test masuk tentara dulu saya tidak lulus..ha..ha....

BLOG BARU

Alhamdulillah, pagi ini akhirnya punya juga saya blog setelah tertunda sekian lama karena belum sempat membuatnya. Dengan adanya blog ini mudah-mudahan ada yang bisa saya sharing ke kawan-kawan mengenai kegiatan yang saya lakukan, ataupun info mengenai pekerjaan yang saya jalani, ataupun juga mengenai hobby yang suka saya lakukan.
Mudah-mudahan juga ada kawan-kawan masa sekolah yang sudah lama tidak pernah bertemu, secara tidak sengaja membuka blog ini sehingga kembali ingat dengan saya dan kembali menjalin hubungan sebagai sahabat lama.
Karena blog ini baru dibuat, isinya sudah pasti belum ada kecuali yang sedang anda baca ini. Namun, InsyaAllah sedikit demi sedikit akan saya penuhi sehingga dijadikan bahan bacaan bersama serta sharing informasi.
Salam.