Ini bukan sedang berjudi apalagi pornography. Kegiatan ini hanya mengisi waktu luang disaat menunggu jam kuliah, sekalian mengasah ketrampilan bermain remi. Dizaman ini dulu belum ada permainan “song”, jadi yang dimainkan saat itu mungkin permainan “set-sot” kalau tidak salah, atau mungkin permainan 41 malah. Aku tidak tahu karena aku tidak tertarik bermain remi.
Teman saya yang terlihat diphoto tersebut adalah Richard, Pe’i, Romas dan Awang sedang buka baju sudah pasti karena kepanasan. Maklum, kalau tidak salah tempat costnya Richard di Jalan Riau ini tidak menggunakan AC. Mungkin ditahun itu harga AC masih mahal sehingga hanya menggunakan kipas angin saja. Yang habis dikerok karena masuk angin, biasanya kalau ikut bermain tidak membuka baju dan juga tidak membuka celana (apa hubungannya???).
Tempat cost Richard ini memang jadi tempat berkumpul saat menunggu jam kuliah berikutnya dan melakukan berbagai kegiatan. Kadang-kadang kita membuat tugas disini, membuat contekan untuk ujian, meminjam komputernya untuk membuat makalah atau tempat belajar jadi “dewasa” dengan melihat buku-buku dewasa yang dibawa oleh kawan-kawan yang lain dan biasanya saling bertukar pinjam.
Yang punya rumah kalau tidak salah adalah seorang janda yang punya hobby berjudi. Hampir setiap hari kami melihat tamunya datang, untuk berjudi barangkali. Mungkin uang bayaran cost itulah yang dia jadikan modal untuk bermain bersama tamu-tamunya tersebut. Dan Mungkin karena itu juga Richard tidak boleh terlambat membayar uang cost, karena kalau terlambat maka janda itu tidak bisa bermain judi.
Kalau lagi asyik bermain remi dan jam kuliah berikutnya tiba, kadang-kadang ada alasan untuk tetap meneruskan permainan remi tersebut sampai selesai. Alasan yang sering dipakai adalah “..males ah, yang ngajar pak Fusito...” atau “..tidak datang juga tidak apa-apa karena yang mengajar pak Valentino..” atau juga “...nitip absen dong..” dan banyak lagi alasan-alasan yang lain yang kami buat.
Namun kalau mata kuliah berikutnya adalah mata pelajaran yang diajarkan oleh mbak Mawarni, biasanya kita segera bergegas supaya dapat tempat duduk di depan ruangan kuliah. Maklum, mbak ini dosen muda yang cukup cantik wakaupun sedikit judes dan ketus. Yah, paling tidak lumayanlah untuk kita-kita yang lagi pada puber. Beda dengan jurusan teknik kimia yang mayoritas malah perempuan, sehingga mahasiswanya malah sudah pada imun, sudah terbiasa berdekatan dengan teman ceweknya sehingga gejolaknya tidak sekencang mahasiswa jurusan mesin. Sudah tidak dahsyat lagi!
Sekarang Richard dan Romas sudah tidak gondrong lagi dan terlihat dan terlihat rapi. Mungkin karena pengaruh bertambahnya usia dan karirnya di tempat kerja. Tapi yang jelas mereka lebih terlihat tampan saat ini, beda dengan saat itu yang terlihat seperti penyanyi dangdut walaupun mereka meng-claim seperti penyanyi rock. Hahaha...