Saturday, March 14, 2009

FITNESS

Sekitar pertengahan tahun 1991, Teman saya Henry dan Richard memperkenalkan olah raga angkat beban yang saat itu sering kami sebut dengan fitness. Suatu penggunaan kata yang salah sebenarnya karena olah raga yang kami lakukan lebih menjurus untuk menjadi binaraga, bukan sekadar olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh.

Tempat olah raga angkat beban tersebut bukan di hotel atau di tempat kebugaran yang bagus, tempat yang menjadi sarana latihan kami terletak di gang kecil di jalan Ali Gatmir pasar Kuto, tepatnya di lorong Dagi. Tempat yang sering juga kami sebut dengan Dagi Fitness.

Di Dagi fitness jangan berharap tersedianya instruktur yang akan mengajarkan olahraga ini atau membayangkan tersedianya alat yang modern untuk membentuk tubuh seperti di gymnastic kepunyaan Ade Rai. Semua peralatan disini benar-benar seadanya. Lempengan barbel yang terbuat dari plat besi yang dipotong, tempat bench press dari kayu, pararel dips yang terbuat dari setang sepeda atau peralatan row chest yang terbuat dari rantai sepeda. Hampir sebagian besar peralatan disini adalah home made, buatan sendiri.

Namun mungkin karena murah atau karena pemiliknya adalah pelatih angkat berat di Palembang, tempat tersebut sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin memperbesar otot tubuh mereka. Termasuk juga saya dan teman-teman seperti Henry, Richard, Novian, Ruslan, Harry, Romas, Budi dan Redy. Tapi seperti biasa, lama kelamaan hanya saya , Novian dan Henry saja yang tekun berlatih dan berkunjung walau saat ujian sekalipun (lha wong saya kalo ujian selalu memilih duduk dekat sama yang rajin belajar..)

Sewaktu masih ramai-ramai berlatih, begitu selesai biasanya kami langsung menuju rumah makan martabak telor HAR di jalan kol. Atmo untuk menggantikan energi yang hilang. Saya, Henry dan Harry biasanya bisa memakan martabak tersebut sampai 3 atau 4 piring (padahal saat ini untuk menghabiskan 1,5 piring saja sudah sulit). Novian bisa memakan 2 atau 3 piring, sedangkan yang lainnya paling banter 1,5 piring saja. Karena selalu memakan dengan porsi super itulah penjaga toko martabak tersebut sangat senang bila kami datang . Laris, pasti itu yang ada dalam pikirannya!

Seperti biasanya orang yang ingin memamerkan otot, maka semakin besar otot yang dia miliki anehnya semakin kecil ukuran baju yang dibeli. Kalau dulu memakai ukuran XL, sekarang diturunkan menjadi ukuran L. Supaya tidak ada celah lagi antara baju dengan tubuh. Supaya benar-benar nge-press..he..he... Padahal sungguh mati, otot yang kami miliki saat itu lebih mirip otot kuli angkut daripada otot binaragawan (lha wong latihannya memang sama para kuli angkut lemari di sekitar Dagi dan tanpa pelatih, mana mungkin jadi bisa kayak Ade Rai).

Henry yang memang berbadan paling besar, ternyata punya obsesi untuk menggantikan Lou Ferigno untuk menjadi Hulk, si Raksasa Hijau dalam film The Incridible Hulk. Sudah sedikit mirip memang, namun tidak miripnya jauh lebih banyak, terutama untuk otot bagian perut. Namun demikian, tidak saya lihat sekalipun dia memasukan latihan otot perut kedalam program latihan yang dilakukannya. Hampir melulu program yang ada hanyalah otot dada, otot lengan dan otot pundak. Tidak jauh berbeda dengan latihan yang saya lakukan (namanya juga tukang contek, jadi apa yang Henry lakukan itu yang saya turuti).

Sampai saat ini, saya dan Henry masih sering membicarakan olahraga angkat beban bila bertemu. Namun hanya sebatas membicarakan saja sambil tertawa mengingat kebodohan yang pernah kami lakukan. Sekarang kami berdua disarankan dokter untuk tidak melakukan olahraga tersebut karena terkena penyakit yang sama. Sakit pinggang! Penyakit yang datangnya belasan tahun kemudian karena kesalahan program latihan waktu dulu. Sekarang terkubur sudah impian Henry untuk menggantikan Lou Ferigno, apalagi setelah menyaksikan film terbaru tentang Hulk ternyata telah menggunakan animasi komputer sehingga tidak membutuhkan seseorang yang berotot besar lagi.

No comments:

Post a Comment