Saturday, March 14, 2009

KUCING SIALAN !

Kucing dalam judul cerita di atas bukanlah kucing dalam arti sebenarnya. Bukan kucing yang berkaki empat yang kadang menggemaskan tetapi lebih sering lagi menjengkelkan bagi saya. Bukan kucing yang suka bermanis-manis dihadapan kita kemudian mencuri ikan saat kita lengah. Kucing ini juga bukan turunan persia yang berbulu panjang dan lebat atau turunan angora yang kelihatan anggun.

Kucing disini adalah Harry. Kawan satu angkatan saat saya kuliah. Harry yang dulu saat kuliah selalu telat datang karena sibuk menyiapkan jualan otak-otak dan pempek punya Aji, seorang janda keterunan China beranak tiga yang tinggal di pasar Cinde.

Setelah kuliah selesai dan bertemu di Jakarta sekitar tahun 1999 si Hotel Sahid, ada sesuatu yang ganjil yang aku lihat dari kartu nama yang diberikannya. Harry Cadine ! Ya, Harry yang saat kuliah dulu hanya bernama Harry, sekarang menempelkan Cadine di belakang namanya. Aku tidak tahu dari mana asalnya nama ini karena malas untuk bertanya. Mungkin nama ini diambilnya dari nama bapaknya, atau dari nama bintang film yang baru ditontonnya atau mungkin juga direka-reka supaya kelihatan keren.

Saat kami makan malam di kamar hotel, ternyata nafsu makannya belum juga berubah, masih sama seperti masih kuliah dulu. Satu porsi besar steak dan kentang belumlah cukup untuk mengisi perutnya. 3 jam kemudian harus ditambah dengan satu mangkok besar sop buntut dan sepiring nasi. Celananya yang dulu berukuran 34 mungkin sudah berukuran 38 sekarang. Yang paling menakjubkan adalah pertumbuhan lingkar perutnya, dahsyat men .... (kalau ada diantara kawan-kawan yang sulit membayangkan lingkar perut Harry, silahkan lihat patung Budha di Kelenteng ... 95% mirip .. he..he..).

Sampai saat ini saya belum tahu kenapa saat kuliah dulu Harry di panggil Kucing atau Harry Kucing. Namun nama ini memang jauh lebih populer dari pada nama aslinya. Awalnya Harry sangat keberatan dengan panggilan ini, namun lama –kelamaan akirnya dia pasrah juga.

Kucing sialan! Ya, Harry memang benar-benar sialan termasuk juga Henry, kawan saya yang satu lagi. Sialan yang memang benar-benar sialan. Sialan yang membuat saya harus menggambar ulang tugas akhir saya dari awal kembali padahal saat itu sudah 80% selesai. Gambar tugas akhir yang sudah saya kerjakan selama 3 hari 3 malam musnah seketika saat saya meminta bantuan mereka untuk melanjutkannya karena saya sudah kecapaian dan tertidur.

Wah, sebal sekali! Lebih sebalnya lagi bahwa gambar tersebut rusak karena tertumpah kuah soto yang saya belikan sebagai sogokan supaya mereka mau membantu menyelesaikan gambar tersebut. Sogokan yang membawa bencana, atau mereka berdualah sebenarnya pembawa bencana bagi saya? Celakanya, saya baru tahu bahwa gambar tersebut rusak setelah saya bangun dari tidur dan mendapati mereka berdua sudah pulang tanpa pamit. Alamak ....

Ha..ha... kejadian menyebalkan tersebut sekarang menjadi kenangan yang indah. Kejadian yang bisa menjadi bahan tertawa saat kami kumpul bersama kawan-kawan satu angkatan kuliah dulu. Sudah puluhan kali cerita ini disampaikan saat kami bertemu, baik oleh saya, Harry maupun oleh Henry. Tetapi kami tidak pernah bosan dan selalu kembali tertawa. Mentertawakan kelakukan kita saat masih kuliah.

Sampai sekarang sudah tentu Harry masih suka kita panggil Kucing. Tapi dengan embel-embel yang baru pula “boss Harry Kucing”. Embel-embel baru yang didapatkan seiring dengan pertumbuhan lingkar perutnya yang semakin maju ke depan.

No comments:

Post a Comment