Thursday, August 20, 2009

APAKAH TUHAN TIDAK ADIL?


Barusan saja saya, anak dan istri ikut perlombaan yang diadakan di lingkungan tempat tinggal kami di Bogor dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke 64. Acara yang diikuti oleh warga beberapa cluster tersebut berlangsung cukup meriah. Hampir sebagian besar warga antusias mengikuti perlombaan dan pertandingan tersebut. Anak-anak, orang tua dan bahkan ada satu-dua orang yang sudah manulapun ikut berpartisipasi dengan hadir untuk ikut menonton. Mungkin manula tersebut ingin bernostalgia dengan keramaian pesta 17-an saat mereka masih muda, atau mungkin malah ingin mengenang kembali saat-saat heroik mereka yang ikut berteriak merdeka dengan kepalan tangan dan tubuh yang berlumur darah. Mereka tampak begitu senang dan selalu tersenyum.

Anak pertamaku mengikuti perlombaan makan kurupuk, begitu panitia memberi aba-aba, ia bersama temannya yang lain segera bercepat untuk menghabiskan kerupuk yang digantung pada tali tersebut. Kruk...kruk..kruk...mereka makan dengan mulut yang menganga lebar. Aku tersenyum, untung di bogor tidak ada kerupuk batok seperti di Palembang. Bisa dibayangkan bila panitia menggantungkan kerupuk batok untuk lomba makan kerupuk , jam berapa mereka akan bisa menghabiskan kerupuk tersebut. Kerupuk yang keras dan lebar tesebut,saat dimakan dalam keadaan tidak lomba saja bisa membuat mulut pegel dan linu. Aku biasanya memakan kerupuk tersebut dengan cuka pem-pek supaya menjadi lunak dan sedikit berasa pedas.

Pluit tanda waktu telah habis berbunyi. Panitia mencatat pemenang pertama sampai tiga untuk dilombakan lagi di sesi berikutnya. Anakku kalah. Kerupuknya habis tidak sampai setengah. Sejak pertama ikut perlombaan makan kerupuk tiga tahun yang lalu di Palembang, belum pernah satu kalipun dia menang, padahal setiap kami makan kerupuk adalah menu wajib yang harus tersedia.

Perlombaan berikutnya adalah lomba menangkap ikan. Kali ini anak laki-laki bungsuku ikut berpartisipasi. Bocah berusia 4 tahun ini begitu semangat untuk ikut lomba. Sejak perlombaan belum dimulai matanya tidak pernah lepas dari kolam karet yang sudah diisi ikan-ikan kecil, entah ikan apa. Rafif, anak laki-lakiku itu begitu senang dengan ikan. Bukan senang untuk memeliharanya, tetapi hanya senang untuk menangkap dan kemudian memencetnya sampai mati. Saat masih tinggal di Palembang, hampir setiap minggu aku harus mengganti ikan di kolam taman rumah karena selalu ditangkap dan dipencetnya.

Menghadapi lawan yang berusia lebih tua 3 sampai 5 tahun darinya sudah pasti dia ketinggalan. Apa lagi tubuh bongsornya menyulitkannya untuk leluasa bergerak. Biarpun banyak ikan yang berenang di sekitar tangannya, hanya satu saja yang berhasil dia tangkap sejak tadi, itupun ikan yang sudah lemas karena mungkin pernah terinjak oleh kaki peserta. Begitu waktu dinyatakan habis dan dari sepuluh peserta yang ikut, hanya anakku satu-satunya peserta yang hanya berhasil menangkap satu ikan saja. Saat melihat peserta yang lain memperoleh lebih dari 5 ikan, Rafif langsung protes, dia tidak terima waktu perlombaan telah dihentikan sebelum dia berhasil menangkap ikan yang sama banyak dengan teman-temannya yang lain. Mukanya memerah, giginya beradu karena geram, mimiknya menandakan bahwa ia sangat kecewa dan emosi. Rafif tidak terima dengan keputusan panitia yang memintanya untuk berhenti padahal ia masih mengumpulkan ikan yang hanya satu saja. Baginya keadilan itu adalah mendapatkan jumlah ikan yang sama banyak. Saat panitia seddang menghitung ikan-ikan yang ditangkap, Rafif kembali menceburkan diri kedalam kolam tersebut, byurrr ...... dia kembali melanjutkan menangkap ikan tanpa satupun ada panitia yang bisa mencegahnya.

Berikutnya adalah lomba menangkap belut untuk ibu-ibu. Istriku yang semula hanya berniat mengantar anak-anak ikut lomba terpaksa harus berpartisipasi karena panitia mendesaknya untuk ikut lomba tersebut.
Priiiitttt !!!! waktu dimulainya perlombaan telah dibunyikan, tangan istriku bergerak cepat...sat..set...persis gerakan tangan Katara saat memperagakan jurus pengendali air dalam cerita Avatar. Satu..dua..tiga...dan saat waktu lomba dihentikan aku lihat botol aquanya telah banyak terisi belut hasil tangkapannya. Gawat pikirku, kalo ada intel polisi yang ikut menonton jalannya lomba bisa-bisa istriku dicurigai tukang copet karena kelihaiannya menangkap belut yang licin, apalagi kami pindahan dari Palembang, daerah yang juga pengekspor copet ke Jabodetabek selain Medan. Saat pengumunan hasil tangkapan belut terbanyak diumumkan, ternyata istriku adalah penangkap belut terbanyak. Tidak kurang dari 13 belut yang berhasil ditangkapnya dalam waktu satu menit.

Pertandingan terakhir adalah tarik tambang untuk bapak-bapak. Untuk yang satu ini sudah pasti aku tidak pernah absen. Sejak ikut pertandingan tarik tambang 10 tahun yang lalu, teamku selalu menjadi juara satu. Bukan karena aku saja yang kuat, tetapi biasanya untuk urusan pertandingan tarik tambang yang kuat akan selalu akan mencari kawan yang juga kuat. Yang kuat sudah pasti tidak mau gabung dengan yang tidak kuat atau yang badannya kecil. Disamping akan membuat capek karena harus nyumbang tenaga yang kebih besar, bila kalah juga akan malu karena penonton biasanya akan bilang “wah, percuma punya badan besar toh masih juga kalah....”

Satu...dua...tiga... Wasit segera melepaskan injakannya dari tengah tambang yang diberi pita merah. Aku dan team segera mengeluarkan sentakan tenaga yang besar supaya lawan segera tertarik. Tapi ternyata tidak segera membuahkan hasil karena komposisi tubuh penarik tambang dari kedua team hampir sama. Walah... tenagaku mulai terkuras ...hggghh..hggghh...sekuat tenaga aku menarik tambang tersebut agar bisa ditarik. Beberapa saat kemudian mulai membuahkan hasil, pita tersebut mulai bergerak mendekat kearah kami...hhggggghhhh....dan berhasil...babak pertama bisa kami menangkan.

Babak kedua kami berganti tempat. Team lawan yang sudah kelelahan menjadi keuntungan buat kami karena team kami masih terlihat segar. Begitu wasit menyatakan tambang sudah boleh di tarik, team kami tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Seluruh tenaga kami keluarkan supaya pertandingan cepat selesai. Rahangku mengeras, otot-otot tendonku berkontraksi hebat , tenagaku rasanya sudah sampai di kepala...dan alhamdulillah, team kami menang.

Pembagian hadiah bagi para pemenang segera dimulai. Anak-anak yang menjadi juara lomba sangat senang karena akan menerima hadiah tersebut. Ada beberapa anak yang menjadi juara dalam beberapa lomba dan akan mendapatkan hadiah dari setiap lomba yang dimenangkannya. Mereka yang menjadi juara di multi cabang ini akan membawa hadiah yang banyak. Wah, wajah mereka terlihat sangat gembira. Anak pertamaku sedikit kecewa karena dari 3 lomba yang diikutinya tidak satupun yang berhasil dimenangkannya. Satu-satunya yang membuatnya tetap gembira adalah karena ibu-bapaknya sama-sama menjadi juara pertama untuk lomba menangkap belut dan pertandingan tarik tambang.

Ketika istriku dipanggil ke atas panggung dan menerima hadiah, dia terlihat sangat senang karena hadiahnya sangat bagus, satu set tea cup yang cantik. Wah, kebetulan sekali karena saat ini kami baru punya satu set tea cup saja, padahal kadang kala kami harus menerima tamu yang jumlahnya lebih dari enam orang. Lumayan katanya, ternyata hanya membutuhkan waktu satu menit saja untuk mendapatkan satu set tea cup. Alhamdulillah....

Ketika aku dipanggil untuk naik ke atas panggung dan menerima hadiah atas pertandingan yang lumayan membuat tenagaku habis , aku sangat terkejut... ternyata hadiahnya hanya satu tea cup saja...ya hanya satu tea cup dan bukan satu set seperti hadiah yang diterima istriku.

Aku tidak menyalahkan panitia karena ini hanyalah hiburan untuk mengisi perayaan 17-an, dan juga bagiku apa yang aku dapatkan adalah rezeki dari Allah. Lalu kalau begitu Allah tidak adil dong karena istriku tidak perlu bercapek-capek dan mengeluarkan tenaga yang besar untuk bisa mendapatkan satu set tea cup, sedangkan aku harus mengeluarkan tenaga yang besar dan keringat hanya untuk mendapatkan satu tea cup saja.

Hahaha...tapi justru itulah kemuliaan dan keadilan ALLAH terhadap kita. Hanya kita saja yang seringkali melihat keadilan ALLAH dan membandingkannya dengan keadilan menurut manusia. Keadilan yang sulit untuk dicerna bagi mereka yang hanya melihat dari sisi bendanya saja. Aku jadi ngeri bila membayangkan bahwa bila yang capek, yang selalu bekerja keras, yang rajin belajar, yang punya modal kuat, yang punya kekuatan dan yang pintar adalah mereka yang pasti akan “berhasil” dalam hidupnya, terutama secara financial. Sehingga kalau ini terjadi maka hak ALLAH akan hilang, hak untuk memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendakiNYA.
Sehingga dengan demikian orang-orang tidak perlu lagi beribadah dan selalu memohon kepadaNYA agar diberi rezeki...pokoknya belajar saja yang rajin supaya jadi pintar, siapkan modal, kerja keras dan lain sebagainya saja supaya pasti bisa jadi kaya (yang belum tentu masuk Syurga). Terus bagaimana nasib yang kurang pintar, terbatas kemampuan fisiknya sehingga tidak bisa kerja keras, yang tidak punya modal, yang tidak punya kekuatan dan yang sekolahnya bandel kayak aku dulu?

Alhamdulillah, ALLAH memang zat yang maha adil. Yang diberi rezeki harta yang banyak bukan saja mereka yang pintar, yang rajin, yang punya modal banyak, yang kuat dan yang lain sebagainya. Tetapi ALLAH akan memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya, bahkan kepada yang tidak mempercayaiNYA pun tetap ALLAH akan memberikan. Bukankah dalam Al Quran-pun sudah dijelaskan bahwa “ ALLAH akan memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakiNYA” dan juga “ dari arah yang tidak disangka-sangka”.


Kini kupandang lagi tea cup yang kuperoleh dengan susah payah dan mengeluarkan tenaga besar tadi sambil kembali berucap “ Alhamdulillah ya ALLAH, tea cup ini adalah sebuah pertanda bahwa ENGKAU masih tetap memberikan rezeki kepadaku disamping rezeki lain yang telah juga kuterima hari ini. Sungguh ENGKAU maha berkehendak terhadap umatMU, maka ampuni segala dosa-dosa dan buruk prasangkaku terhadapMU.


Bogor, 17 Agustus 2009.
Kepada semua kawan-kawan, saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan yang telah saya perbuat dan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi kawan-kawan yang muslim.

No comments:

Post a Comment